Paulus Ardyansah - 10130110080

Serabi Kuntilanak

      Serabi Kuntilanak adalah nama ngetopnya.Dan dengan nama itulah serabi Rengas Dengklok mengawali kesuksesannya. Nama tempat pembuat Sorabi (serabi) ini sebenarnya adalah Sorabi Hijau Hidup Baru..
Kenapa diberi nama Serabi kuntilanak, menurut kabar yang berkembang konon karena letaknya di seberang kuburan. Dan memang dari pertama kali merintis usaha ini hingga sekarang, M. Kasim(pemilik sekaligus pembuat serabi kuntilanak) memang berjualan di depan komplek perkuburan dekat tugu proklamasi di Rengas Dengklok. Yang membedakan adalah, sewaktu merintis usaha tersebut, M. Kasim memulai dengan sebuah ‘gerobak’ yang diletakkan tepat di depan makam, namun sekarang tempat ia berjualan telah beralih ke sebuah warung depan ‘istana’ kediamannya buah hasil kerja kerasnya tersebut.
Diluar kontroversi penamaan tempat tersebut, Serabi ini sangat enak, memiliki warna hijau (karena terbuat dari daun Suji) empuk, tidak seperti serabi biasa yang kulit (bagian bawah yang dipanggang) keras serta hitam, Serabi hijau ini tidak keras kulitnya serta tidak terlalu hitam bagian bawahnya.
        Meskipun usahanya telah maju, pemilik usaha serabi kuntilanak ini tetap mempertahankan teknik pembuatan dengan kayu bakar yang membuat cita rasa serabi tersebut berbeda dengan serabi pada umumnya. Dan kini, kue sorabi hijau ini bukan hanya sekedar makanan khas Rengas Dengklok tetapi telah menjadi makanan khas yang terkenal di kota Karawang. Beberapa orang dari kota besar lain kerap kali sengaja datang langsung hanya untuk menikmati lezatnya kue serabi.
Pemilik usaha tersebut  tidak pernah dan tidak berkeinginan untuk membuka cabang, dengan alasan karena khawatir akan mengurangi kualitas sorabinya, apalagi ketika pengelolaanya diserahkan kepada orang lain. Sehingga  bagi mereka yang berniat ingin mencicipi serta menikmati sorabi hijau silahkan pesan atau datang langsung ke tempatnya. Sebuah konsep yang membuat Sorabi Hijau semakin menguat menjadi makanan khas Rengasdengklok dan Karawang secara umum.


 

 

Parsel, Bisnis Musiman Yang Menggiurkan

        Warna-warni Idul Fitri, Natal, dan tahun baru makin semarak dengan parade parsel di berbagai sudut kota Jakarta. Ratusan pengusaha parsel menunggu momen perayaan ini untuk mengais rejeki lebih banyak lagi. Masih adakah peluang bermain di bisnis ini?

“Saya masih ingat, dulu saya menyusuri jalan Thamrin dan masuk ke setiap gedung mulai dari lantai atas. Tiap lantai ada satu sampai tiga kantor. Saya datangi receptionist-nya dan minta contact person-nya. Besoknya saya hubungi lewat telepon,” kenang Fahira Idris, pemilik Nabila Florist Parcel & Ballon, saat merintis usahanya 20 tahun lalu.

Di kawasan rawan penggusuran di jalan Barito, Jakarta Selatan, kios parsel “3 Saudara” milik Triati sudah ada sejak 1970-an. “Saya memulai 3 Saudara dengan modal Rp 25 juta, gabungan milik saya dan dua saudara saya. Karena itu kiosnya kami beri nama 3 Saudara,” ungkap Triati.

Kisah lain datang dari jalan Samali, masih di daerah Jakarta Selatan. Jalan yang dijuluki kampung parsel ini menampung puluhan pengusaha parsel. Kholilullah yang akrab disapa Kholil ini adalah salah satunya. Mengusung nama Karisma Parsel, toko milik mantan pegawai Nabila ini resmi dibuka tahun 2000 dengan modal sebesar Rp 7 juta. “Saya tertarik dengan usaha ini karena mencari penghasilan dan tambahan di hari raya. Selain itu karena mempunyai keahlian meracik parsel,” kata ayah satu anak yang mengaku mendapatkan keahliannya melalui training di Nabila ini.

Begitu istimewanya perayaan hari raya keagamaan bagi rakyat Indonesia sehingga kemeriahan momen ini tak lepas dari berbagai bingkisan yang dikirim ke sanak saudara, teman maupun rekan kerja. Fahira mengakui bahwa kompetisi di bisnis ini cukup ketat. Akan tetapi, alumni fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini tak menganggap persaingan itu sebagai masalah. Ia yakin, bisnis yang bisa bertahan adalah bisnis yang konsisten dan memiliki nilai lebih. “Saya sadar betul harus membuat nilai lebih pada bisnis saya. Yakni, sebuah usaha yang masih ada hubungannya dengan bisnis parsel yang saya rintis sebelumnya,” kata pehobi olahraga tembak ini.

Dalam rangka mengembangkan bisnisnya, pada 1995 Fahira memutuskan terbang ke Inggris untuk belajar tentang bunga. “Saya dibantu guru saya untuk menjalin kerjasama dengan FTD network. Dengan kerjasama ini Nabila menambahkan jasa mengirimkan bunga ke seluruh dunia. Itulah poin Nabila yang tidak dimiliki toko lain,” kata Fahira berpromosi. “Selain itu, Nabila satu-satunya toko parsel dan bunga yang buka dan melayani jasa pengiriman selama 24 jam. Mungkin itulah yang membuat Nabila bertahan. Kami mampu memberikan service yang orang lain tidak bisa berikan,” jelas kelahiran 20 Maret 1968 ini dengan antusias.

Ketatnya kompetisi membuat pengusaha parsel harus pintar menarik pelanggan, salah satunya dengan bersaing harga. Di pasar parsel yang dijajakan di jalan Barito, Samali maupun Cikini, harga parsel ditawarkan mulai dari Rp 50 ribu hingga puluhan juta. Triati yang tokonya buka selama 24 jam menjelang hari raya ini memasang harga cukup terjangkau, yakni berkisar Rp 50 - 800 ribu. “Mahasiswa dan pegawai bank banyak datang kemari,” ujar Triati dengan logat Jawa yang kental.
Seberapa besar keuntungan mereka? Kholil mengaku bisa merengkuh keuntungan minimal 50% - 100% per parsel. Semakin banyak modal yang diinvestasikan, menurutnya, keuntungan yang didapat juga makin banyak. Yang menentukan besaran profit adalah kelengkapan dan variasi barang. “Harga parsel di Karisma berkisar Rp 300 ribu sampai Rp 3 jutaan, sudah termasuk biaya kirim,” kata Kholil memberitahu. Dia mengaku, parsel makanan yang paling laku dibeli. Bisnis ini memberinya keuntungan sekitar Rp 20 juta per bulan. Dari sejumlah parsel yang ditawarkan Kholil, parsel berisi Kristal Bohemia dikombinasi makanan ringan yang disusun di wadah meja kayu Jati seharga Rp 500 ribu, yang paling banyak dipesan di tokonya.

Bagaimana di Nabila? “Pelanggan Nabila 30% perorangan dan 70% korporasi,” ujar Fahira. Dia mengungkapkan, margin yang diperolehnya dari bisnis ini rata-rata 5%-15%. “Kami bermain di kuantitas. Karena itu Nabila harus gencar mencari klien,” ungkapnya. Dengan margin yang tidak terlalu besar, Fahira mengaku tidak menemui kesulitan dalam memenuhi biaya operasional perusahaan dan remunerasi karyawannya yang berjumlah 50 orang karyawan tetap dan 50 orang pekerja lepas.
Menurut Fahira, bisnis parsel adalah bisnis kepercayaan. Bila kepercayaan sudah di tangan, seyogyanya pengusaha mampu membina hubungan kerja dan pertemanan dengan klien. “Dulu sistem yang saya terapkan adalah bayar di muka. Sekarang alhamdulillah sudah kenal dengan mitra kerja, jadi saya bisa kerjasama untuk bayar satu bulan dibelakang. Maklum, pembeli parsel tidak selalu bayar cash, maka dari mitra kerja dapat tenggang waktu,” kata pengusaha yang selalu menyisihkan 1/3 dari profitnya untuk tabungan dan 2/3 untuk investasi ini.

Kultur orang Indonesia yang sangat mementingkan silaturrahim, dalam pandangannya, merupakan pintu untuk membuka usaha ini. “Ketika saya kecil, ibu saya selalu kirim makanan seperti lontong dan opor ayam ke tetangga. Inikan bentuk produk silaturrahim. Seiring perkembangan zaman, produknya pun disesuaikan dengan yang lebih tahan lama. Maka, jadilah parsel,” tutur Fahira.

Lantas, bagaimana dengan peraturan KPK yang mengeluarkan larangan menerima parsel bagi para pejabat? “Alhamdulillah, tahun ini dengan ketua KPK yang baru peraturan itu telah dicabut dan diganti. Pejabat boleh menerima parsel dengan batasan harga Rp 500 ribu – Rp 1 juta,” kata ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia ini bersyukur. “Ya, kalau mau memberantas korupsi kan tidak dengan menutup usaha kami. Dalam bisnis parsel banyak sekali usaha kecil menengah yang terkait, seperti suplier makanan kering, pengrajin keranjang, pengusaha pita, dan pengantarnya,” papar Fahira.

Bagaimana dengan Triati? “Yang penting tidak digusur, itu sudah berkah bagi kami,” kata Triati yang mengaku selalu dihantui oleh penggusuran. Persaingan di mata Triati adalah hal wajar karena semua pedagang di jalan Barito sudah bertahun-tahun berjualan di sana. “Kalau mau jualan parsel carilah tempat yang strategis dan tampilkan desain parsel yang apik dan menarik. Dua hal itu menentukan jumlah pembeli yang datang,” katanya memberi saran.

Kholil menambahkan, bisnis parsel adalah bisnis kejujuran. “Jangan sekali-kali melakukan kecurangan dalam bisnis ini seperti memberi makanan kadaluarsa atau mengganti isi barang secara diam-diam. Upaya itu akan sia-sia karena pasti terungkap,” tuturnya sungguh-sungguh.